Seseorang telah mengikatmu, Mungkin dia lebih baik dariku

Seseorang telah mengikatmu,
Mungkin dia lebih baik dariku
Ini adalah tentangmu K (kei) part 3

Semakin lama Kei, setiap detikyang kulewati bersamamu semakin menyadarkanku akan arti dirimu bagiku, tentang dimana letak namamu dihatiku. Tapi aku harus tau di mana jalanku, aku tak mau terjayuh padamu terlalu dalam. Aku takut aku gila karenamu, aku tak mau.
K, aku tidak tau alasan apa yang sebenarnya ada hingga aku mencintaimu. Aku tak pernah jatuh cinta yang demikian. Aku sadar kini bahwa cinta monyetku telah berlalu dan aku menemukannya padamu. Aku tak lagi ingin main-main, tapi aku juga takan dapat kepastian apapun.
Kian waktu kita semakain mengenal, kau ceritakan kisah hidupmu dan cerita hari-harimu padaku dan begitupun diriku. Semuanya mengalir begitu saja. Aku  tak mampu lagi menahan rasaku sendiri, aku harus membagikannya. Ingin aku bagikan kepadamu, tapi demi apapun itu kini tak mungkin bagiku. Maka kuceritakan kepada sahabatku, kau tau dia dan mereka yang selalu ada untukku.
Pada kondisi yang demikian aku semakin membentengi diriku, aku harus siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi bukan? Aku takut patah hati dan bagaimanapun aku mencintaimu dalam diam itu bukan hal yang menyenangkan.
Hanya Allah yang kuharapkan, aku menyebut namamu dalam sujud sepertiga malamku dan doa-doaku. Kadang aku menitikkan air mata karena sesungguhnya aku tak mau jatuh cinta pada laki-laki yang belum tentu jodohku tapi sudah terlanjur, aku telah terjatuh.
Saat kau di depanku, saat kau bersamaku, saat kau menghubungiku lewat sosmed, rasanya aku ingin sekali berkata bahwa aku menginginkanmu. Tapi itu berlebihan bukan, entahlah. Aku jadi aneh, tapi aku masih sanggup membatasi diri.
Sampai seseorang memberikanku kabar tentangmu, kabar lara bagiku. Aku telah mempersiapkan diriku jika ada sesuatu yang terjadi, namun ternyata saat masanya tiba aku tetap merasa lara. Saat dia berkata kau telah terikat dalam satu benang dengan wanita lain.
Malam itu aku tak bisa membendung air mataku, tak bisa. Walau apapun itu ternyata aku lemah, sesuatu yang buuk akhinya terjadi juga. Kemudian  beberapa jam setelahnya kau sendiri yang mengatakannya padaku, lewat sosmed. Dengan bahagia kau ceitakan semuanya.
Tentu saja aku berpura-pura mendukung dan lain sebagainya, padahal dalam keadaan yang demikian aku merintih. Aku menuliskan balasan-balasan yang amat berlainan dengan hatiku. Tapi baiklah, aku salah karna mencintaimu.
Kau vercerita begini dan begitu, kau bilang sesungguhnya kau tak mencintainya tapi ibumu begitu menginginkannya ingga akhirnya pun kau menerima dan lambat laun pasti tumbuh rasa. Kau bilang dia begini dan begitu membuatku tidak berdaya, aku bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa.
Kita tetap saja berkomunikasi, sikapku tak berubah sama sekali seolah tak pernah ada yang terjadi. Kukira setelah aku tau keadaanmu perasaanku akan perrgi meninggalkan hatiku, tapi ternyata tidak. Masih saja diiu yang bertahta di hatiku, aku bingung. Aku harus bagaimana, saat kau jauh aku tak kuasa, aku selalu merindukanmu. Saat kau kau dekat perasaan itu tak juga hilang. Maka kuputuskan untuk tetap menjalaninya, walau kutau ini salah.
Aku berulang kali mengusirmu dalam bayang-bayangku, tapi masih saja kau. Masih saja kau yang telah nyata-nyata bahwa seseorang telah memilikimu meski belum seutuhnya. Aku tah seharusnya masih menyimpan asa, tapi percayalah itu bukan keinginanku. Aku tak kuasa, aku tak mampu menahan raaku, dia terlalu kuat. Maka jalani saja bukan, memaksa bukanlah hal yang baik meski telah berulang kali kulakukan aku masih saja mengiginkanmu.
In yang kutakutkan sejak awal, mengapa aku tak bisa berhenti meskipun kutau jalanku kini salah. Tapi kau juga tak pernah pergi menjauh, maka biarkanlah watu yang akan memutuskan apa yang kurasa.
Akulah yang akan tersiksa, aku ingin kau merasakan yang sama tapi itu tidaklah mungkin. Aku seperti oang tak tau diri yang masih menginginkan orang yang telah bertunangan tap sekali lagi kukatakan bahwa itu bukan keinginanku.
Demikian waktu demi waktu berlalu, akhir semester satu. Satu semester sudah aku menyimpan rasaku entah sampai kapan ini akan terjadi. Aku tak mau ini berlangsung terlalu lama, tentu saja.

Komentar