Semakin jelas siapa dirimu, yang aku tak mengerti
Ini adalah tentangmu K (kei) part 4
Cerita semester duaku masih tentang mu K(kei),
aku bersamamu kau bersamaku tapi kita tidak bisa bersatu. Ada begitu banyak
cerita yang kita lalui bersama. Kita selalu dipertemukan dimanapun an kapanpun.
Aku menyerah untuk berusaha melupakanmu, karna kurasa itu bukan hal yang akan
benar-benar datang sekarang. Sudah berbagai peristiwa yang seharusnya mampu
membuatku mampu melepaskan rasaku tapi aneh bagiku aku masih saja inginkanmu.
Cerita tentang daurah marhalah, kisah merah maron
dan hitam, keterikatan dakwah, tentang kebersamaan dalam kepanitiaan, tentang
kau peserta dan aku panitia, bahkan kita tinggal bertetangga. Aku menyusuri
loromg ini sendirian karna kau tidak penah mengertii atau kau mungkin mengerti
tapi purapura tidak mengerti. Bahwa sesungguhnya cukup jelas pada pancaran
mataku, aku tak dapat menyembunyikannya.
K(kei), besar harapanku untuk bisa
meninggalkanmu, untuk menjauh darimu tapi lihatlah ini takan mungkin terjadi.
Dan suatu hari dibulan ramadan, saat sore hari kita sedang membahas tentang
buka bersama. Ada banyak agenda buka bersama setiap harinya tak terkecuali hari
itu, kau dan aku bingung harus kemana dan memilih yang mana.
Kukatakan A beserta alasannya lalu kukatakan B
beserta alasannya untuk kemudian berdiskusi. Namun pesan-pesan yang kau kiimkan
justru lain, aku cukup terkejut. Kau berkata akan memperbaiki diri, lalu
meminta saran begini dan begitu. Baiknya menghapus semua nomor-nomor wanita
yang bukan mukhrim dan tidak lagi berkirim pesan secara personal terkecuali
dalam grup itu diperbolehkan, tidap pula
berinteraksi dengan lawan jenis kecuali dalam keadaan penting. Aku menitikan
air mata, bukan karna sekedar luka. Tapi aku justru bahagia karna ungkin dengan
jalan itu aku benar-benar bisa jauh darimu untuk hal yang baik.
Kuberi saran begini dan begitu, kau
berterimakasih danmeminta maaf. Kau kirimkan emotikon cry dalam jumlah banyak
padaku. Dan tidak ada alsan untuk tidak bahagia setiap hari. Mulai detik itu
kuakhiri percakapan dan interaksi denganmu. Harusnya sudah sejak dulu itu kau
lakukan, mengingat ada seseorang disana yang menjaga diri dan pandangan bahkan
telah berniqob untukmu. Sedangkan kau disini masih saj sibuk dengan banyak
wanita yang tidak mukhrim bagimu. Aku sangat mendukung usaha perbaikan dirimu.
Kukira kau akan benar-benar menjalankannya, tapi
ternyata dugaanku salah. Memang istiqomah itu tidak mudah. Beberapa hari
setelah lebaran ternyata kau mengirim pesan padaku, bertanya kabaraku bercerita
begini dan begitu dan kau menawariku masuk sebuah devisi Kajian Publik, kau
selalu ingin aku di dekatmu.
Maka pecahlah bagiku kata-katamu untuk
memperbaiki diri nyatanya kau kembali lagi seperti kemarin. Kutanggapi dengan
biasa-biasa saja. Meskipun sebenarnya aku rindu tapi aku tak ingin kau patahkan
janjimu.
Semua kembali lagi sepeti dulu, caramu berkirim
pesan caramu berbicara masih sama seolah kau tidak punya seseorang disana yang
telah kau ikat. Dan aku meyakini kau tidak hanya seperti itu padaku, aku yakin
kau melakukan hal yang serupa pada beberapa yang lain. Aku tidak suka itu,
meskipun aku tidak dapat memilikimu aku rela, tapi jangan kau dustai
terus-menerus wanitamu disana. Dia berhak mendapatkan kesetiaanmu atau memang
kau tak pantas untuknnya aku tak tau.
K(kei), aku benar-benar tidak melihat yang kau
bilang berubah itu, ku sama saja seperti dahulu. Kau menemaniku kemana aku
ingin, kau memberiku apa yang aku mau. Tidak selalu begitu, tapi ini tidak
wajar mengingat bagamana statusmu. Atau ada hal yang kau sembunyikan dariku aku
tak tau, mungkinkah hubungan kau dan dia tidak lagi ada atau memang begitu
tabiatmu aku tak tau.
Aku sering kali cemburu, saat kau bertindak yang
tidak seharusnya didepan orang-orang. Kukira kau tau dimana batasnya, tapi kau bahkan bermain
cubit mencubit dengan teman sekelasmu saat kita sekolah trainer, hingga aku
melihatmu kau baru behenti. Aku kecewa,
jika kau bahkan tidak tau bahwa menyentuhnya adalah hal yang salah.
Ketika kau berjalan berdua, ketika kau naik motor
berdua bersama seorang wanita yang aku
tau mereka bukan mukhrimmu aku memikirkan wanitamu disana, di samping api
cemburuku yang maluap-luap. Aku tau kau berasal dari mana dan menemukanmu
dimana, tapi kadang tindakanmu membuatku mengeraskan hatiku.
Kemarin, saat kau bilang ingin menjenguk
seseorang yang sakit demam bedarah bersama merah maron aku sudah yakin bahwa
kau akan membatalkannya tanpa memberitahu lebih dahulu. Ternyata bener, saat
masanya tiba aku menghubungimu dan kau tak dapat pergi. Kadang aku tak suka
dengan caramu yang sepeti itu, tidak pasti. Bahkan hal-hal kecil bisa membuat
orang menjadi kesal bukan.
Dan kau tau, pesan yang kau kirimkan kepada teman
sekelasmu yang ikut kala itu aku yang membukanya. Tepat handphone itu ada di
tanganku dan ada pesan darimu, aku kembali kesal. Kau mengajak dia keluar untuk
makan, mungkin kau tak tau bahwa dia ikut pergi bersamaku. Dan aku sangat tak
suka kau kirimkan pesan semacam itu, bukankah itu adalah malam hari dan kau
mengajak seorang perempuan keluar malam berdua hanya untuk makan. Aku langsung
berpikiran buruk untuk kemudian aku tak mau tau apa alasanmu.
Kubalas dengan puluhan pesan tidak jelas
dengan huuf tanpa susunan bertubi-tubi
untuk meluapkan ketidak sukaanku lalu kkembalikan handphone itu pada pemiliknya
tanpa memberitahumu bahwa yang bembalas adalah aku kemudian jeguk menjenguk
usai sudah, saatnya pulang.
Malam itu kutawarkan padamu untuk mengambil
motormu yang dipinjam seorang kakak yang tinggal bersamaku kini, aku agak tidak
enak karna motor itu terlalu lama berada di tempatku. Kau berjalan berdua
bersama sepupumu di malam-malam gelap meyusuri jalan. Kau kiimkan belasan pesan
dan menelfonku berkali-kali tapi tak kuhiraukan. Lalu aku keluar dengan hati
yang tak senang.
Kau bertanya begini dan begitu seolah kau tak
punya salah apapun padaku, kau memang tak tau. Aku hanya menjawab dengan
singkat lalu masuk kembali. Setibanya dalam kamarku kusamaikan terimakasih dan
maaf, tapi kau yang terbalik menjadi sangat cuek. Dan mulai detik itu aku tidak
lagi berkirim pesan.
Aku tak mau memulai, ya seerti biasanya hanya
jika kau yang memulai. Inilah proses mengeluarkanmu dari dalam hatiku.
Komentar
Posting Komentar