Seseorang di Awal
Tiga Hari Dua Malam.
Ini adalah tentangmu K (kei) part1
 
 Dulu, saat petama aku melihatmu, saat petama
sepasang bola mata menatap lekat seorang yang sedang bebicara di depan dalam
keadaan diskusi. Di sebuah tempat yang sejuk, sederhana tapi nyaman. Di sebuah
ruangan yang disebut kelas yang di tengahnya di sekat dua buah pembatas. Aku di
kanan dan ka di kiri. Pada malam yang sudah cukup larut dan sangat melelahkan
dimana kantuk terasa kuat mengikat dan wajah-wajah yang tak dapat lagi
berbohong tentang keinginannya untuk istirahat. Namun begitu, bintang-gemintang
di  langit nampak  sedang indah-indahnya.
Satu
persatu perwakilan kelompok memberikan gagasannya kedepan, begitu juga
denganmu. Dengan gaya seoang guru kau sampaikan dengan lantang dan jelas kata
perkata membuatku yang hampir tertidur kembali fokus menatap kedepan, keaahmu.
Aku tidak tau perasaan macam apa itu, aku hanya tau bahwa aku bahagia melihatmu
saat ini dan mungkin sampai kapanpun itu.
Kunikmati
malam yang indah itu dan mungkin dari sini dapat kukatakan, aku jatuh cinta.
Sekian jam berlalu hampi jam satu malam diskusi dan banyak perdebatan usai.
Sudah saatnya beristirahat. Kau tidur di masjid dan aku di sebuah kamar, kukira
tidurnya kan cukup panjang. Tapi tidak, pukul setengah tiga dua oang
membangunkanku dengan halus tapi memaksa maka kuturuti saja apa keiinginnannya.
Rupanya sebuah permainan sudah mulai, mencari sebuah kertas dimana dua orang di
bangunkan untuk menjalankan misi lalu dua oang lagi dan seterusnya.
Malamnya
sangat gelap, tak ada senter ataupun izin membawa hanphone. Hanya sebuah lilin yang
di berikan sebagai bekal perjalanan. Uadaranya dingin tapi sejuk dan nikmat,
ada banyak suaa-suara manusia yang mencoba menakuti dengan menjelma suara setan
dan bahkan wujudnya. Tapi kurasa sedikitpun itu tidak menakutkan. Kulanjutkan
langkahku lalu kami saling bertemu. Waktu sudah semakin pagi tapi sbuah kertas
tak juga di dapati. Dan kau, sedang sibuk mencari bersama sebilah kayu kecil di
tangan kananmu.
Tak
terasa benar-benar subuh sudah  hampir
datang dan tak seorangpun dapat memecahkan misinya. Lalu seseoang mengumpulkan
kami dibawah sebuah pohon, dan memberikan pelajaran tentang sebuah kertas putih
dan hati yang putih. Angin pagi masih bersayup-sayup membat beberapa oang  menggigil.
Lalu
tiba saatnya untuk solat tahajud, subuh dan aktivitas lainnya. Setelah matahari
mulai menampakan cahayanya sebuah apel pagi akan dilaksanakan, tapi aneh, kau
tak ada dan begitupun teman-temanmu. Hingga seseorang marah dan mencari,
rupanya kalian kembali tertidur. Memang, dengan jatah tidur yang begitu minim
dan padatnya kegiatan kadang tak seimbang. Kemudian kau dan rekan-rekanmu
dihukum lari mengitari masjid sekian kali putaran.
Aku
hanya tertawa-tawa, bahkan kurasa aku menikmati pemandangannya. Meskipun
instruktur berkali-kali melarang wanita untuk melihatnya tapi bagaimana, aku
masih saja tak patuh dan  sedikit
meliriknya secara diam-diam. Ternyata bukan hanya aku, kurasa beberapa orang
melakukan hal yang sama. Aku tak habis pikir kekonyolan macam apa yang
sesungguhna kulakukan.
Dan
demikian detik demi detik kulewati kunikmati mengalir menjadi kenangan. Tiga
hai dua malam telah berakhir sebagai awal sebuah jalan yang panjang. Sebuah jalan
yang aku yakini membawaku menjadi lebih baik dan memperbaiki satu per satu
kekeliruan dalam hidupku.
Awal
dari manis dan sakitnya rasa yang ditimbulkan oleh karena aku yang telah
nyata-nnyata terjatuh. Awal dari pada indahnya duka dalam sebuah kenangan. Dan
kala itu, aku tak tau bisakaha kita kembali berjumpa atau tidak. Dan waktu pun
menjawabnya. J  
(VNH) 

Komentar
Posting Komentar